AD/ART


ANGGARAN DASAR YAYASAN ALUMNI SMP NEGERI 14 KOTA BANDUNG

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1

(1)      Yayasan ini bernama Yayasan Alumni SMP Negeri 14 Kota Bandung, atau disingkat Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jalan Permata Bumi Raya Nomor 101, RT.006/RW.003, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik – Kotamadya Bandung  40293.
(2)      Yayasan dapat membuka kantor cabang atau perwakilan di tempatl lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan pengurus dengan persetujuan pembina.

MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Yayasan mempunyai maksud dan tujuan di bidang : Sosial, Keagamaan, dan Kemanusiaan

KEGIATAN
Pasal 3

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, yayasan menjalankan kegiatan sebagai berikut :
1.    Di bidang sosial, diantaranya meliputi :
a.    Mendirikan kelompok bermain (play group) dan pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Lanjitan Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan/Sekolah Tinggi ;
b.    Mendirikan lembaga kursus seperti : bimbingan baca tulis Al-Qur’an, bimbingan belajar; privat les; kelompok belajar; kursus komputer, mesin, elektronika, tata boga, otomotif, bahasa asing dan pelatihanbabysitter, pembinaan kewirausahaan, kelompok Belajar Usaha (KBU);
c.     Membantu anak-anak kurang mampu, mendirikan panti sosial asuhan anak (PSAA), Panti jompo dan panti wredha;
d.    Mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menjalankan program uji kesetaraan paket A, paket B, dan Paket C;
e.    Menjalankan program pembelajaran melalui sekolah payung, rumah belajar dan homeschooling;
f.     Mendirikan komunitas pendidikan dan dakwah;
g.    Mendirikan taman bacaan masyarakat;
h.    Rumah sakit, poliklinik dan laboratorium;
i.      Pembinaan olah raga;
j.      Study banding;
k.    Mengadakan pelatihan, seminar, simposium, diklat dan diskusi publik;
l.      Penelitian bidng ilmu pengetahuan dan teknologi
2.    Di bidang keagamaan diantaranya meliputi :
a.    Membentuk dan menyelenggarakan Majelis Ta’lim dan bimbingan manasik haji, umroh secara kelompok maupun individu melalui kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH);
b.    Mendirikan sarana ibadah;
c.     Menyelenggarakan Pondok pesantren dan madrasah diniyah, Tsanawiyah, aliyah dan perguruan tinggi islam;
d.    Mendirikan Raudhatul Athfal, Taman Asuh anak muslim dan taman pendidikan Al-Qur’an (TPA);
e.    Mendirikan taman kanak-kanak Al-Qur’an dan taman bacaan Al-Qur’an;
f.     Meningkatkan pemahaman keagamaan;
g.    Melaksanakan syiar keagamaan;
h.    Study banding keagamaan;
i.      Menghimpun zakat, infaq, sedekah dan wakaf (ziswaf) serta pendistribusiannya;
j.      Mendirikan pusat study dakwah.
3.    Dibidang kemanusiaan, diantaranya meliputi :
a.    Memberi bantuan kepada korban bencana alam;
b.    Memberikan bantuan kepada pengungsi akibat perang;
c.     Memberi bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, anak yatim piatu dan tidak mampu;
d.    Memberikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah duka/pelayanan jenazah;
e.    Mendirikan panti asuhan yatim piatu;
f.     Memberikan perlindungan konsumen;
g.    Melestarikan lingkungan hidup;
h.    Memberikan perlindungan hak asasi manusia dan mendirikan lembaga bantuan hukum.


JANGKA WAKTU
Pasal 4

Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

KEKAYAAN
Pasal 5

(1)      Yayasan mempunyai kekayaan awal yang berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan, dalam bentuk uang sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
(2)      Selain kekayaan yang dimaksud dalam ayat (1) kekayaan Yayasan dapat juga diperoleh dari :
a.    Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;
b.    Wakaf;
c.     Hibah;
d.    Hibah wasiat; dan
e.    Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)      Semua kekayaan Yayasan harus dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

ORGAN YAYASAN
Pasal 6

Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari :
a.         Pembina;
b.         Pengurus;
c.          Pengawas.

PEMBINA
Pasal 7

(1)      Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas.
(2)      Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota pembina.
(3)      Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota pembina, maka seorang diantaranya diangkat sebagai ketua pembina.
(4)      Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina adalah orang perseorangan sebagai pendiri yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
(5)      Anggota pembina tidak diberi gaji atau tunjangan oleh yayasan.
(6)      Dalam hal yayasan oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota pembina, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota pengawas dan anggota pengurus.
(7)      Seorang anggota pembina berhak mengundurkan diri  dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada yayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 8

(1)      Masa jabatan pembina tidak ditentukan lamanya.
(2)      Jabatan anggota pembina akan berakhir dengan sendirinya apabila anggota pembina tersebut :
a.    Meninggal dunia;
b.    Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (7);
c.     Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d.    Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat pembina;
e.    Dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan;
f.     Dilarang untuk menjadi anggota pembina karena peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)      Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota prngurus dan atau anggota Pengawas.

TUGAS DAN WEWENANG PEMBINA
Pasal 9

(1)      Pembina berwenang bertindak untuk dan atasnama Pembina.
(2)      Kewenangan Pembina meliputi :
a.    Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
b.    Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
c.     Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
d.    Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan;
e.    Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
f.     Pengesahan laporan tahunan;
g.    Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan.
(3)      Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Pembina atau anggota Pembina berlaku juga baginya.

RAPAT PEMBINA
Pasal 10

(1)  Rapat Pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 12. Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Pembina, anggota Pengurus, atau anggota Pengawas.
(2)      Panggilan Rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal pangilan dan tanggal rapat.
(3)      Panggilan rapat itu harus mencantumkan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
(4)      Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukan Yayasan, atau di tempat kegiatan Yayasan, atau di tempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
(5)      Dalam hal semua anggota Pembina hadir, atau diwakili, panggilan tersebut tidak disyaratkan dan Rapat Pembina dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
(6)      Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Pembina, dan jika Ketua Pembina tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota Pembina yang hadir.
(7)      Seorang anggota Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota Pembina lainnya dalam Rapat Pembina berdasarkan surat kuasa.

Pasal 11

(1)      Rapat Pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.    Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pembina;
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pembina kedua;
c.     Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.    Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat pembina pertama;
e.    Rapat Pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadir ½ (satu per dua) jumlah anggota Pembina.
(2)      Keputusan Rapat Pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(3)      Dalam hal keputusan untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah.
(4)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
(5)      Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut :
a.    Setiap anggota Pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota Pembina lain yang diwakilinya;
b.    Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka dan ditandatangani, kecuali Ketua Rapat menetukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir;
c.     Suara yang abstain dan suara yang tidak sah dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
(6)      Setiap Rapat Pembina dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat dan sekretaris rapat.
(7)      Penandatananan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila berita acara rapat dibuat dengan akta notaris.
(8)      Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pembina, dengan ketentuan semua anggota Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pembina memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
(9)      Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pembina.
(10)   Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina, maka dia dapat mengambil keputusan yang sah dan mengikat.



RAPAT TAHUNAN
Pasal 12

(1)      Pembina wajib mengadakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku Yayasan ditutup.
(2)      Dalam rapat tahunan, Pembina melakukan :
a.    Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang;
b.    Pengesahan Laporan Tahunan yang diajukan Pengurus;
c.     Penetapan kebijakan umum Yayasan;
d.    Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan.
(3)      Pengesahan laporan tahunan oleh Pembina dalam Rapat tahunan, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggungjawab sepenuhnya kepada anggota Pengurus dan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam Laporan Tahunan.

PENGURUS
Pasal 13

(1)      Pengurus  adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
a.    Seorang Ketua
b.    Seorang Sekretaris; dan
c.     Seorang Bendahara
(2)      Dalam hal diangkat lebih dar 1 (satu) orang Ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya sebagai Ketua Umum.
(3)      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Sekretaris Umum.
(4)      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai Bendahara Umum.

Pasal 14

(1)      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah orang perseorangan  yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi  Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(2)      Pengurus diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.



(3)      Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila Pengurus Yayasan :
a.    Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri , Pembina, dan Pengawas; dan
b.    Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
(4)      Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
(5)      Dalam hal jabatan semua Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengurus baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengawas.
(6)      Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri nya.
(7)      Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, maka dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus Yayasan, Pengurus yang menggantikan wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
(8)      Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas atau Pelaksana kegiatan.

Pasal 15

Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila :
(1)      Meninggal dunia;
(2)      Mengundurkan diri;
(3)      Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
(4)      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
(5)      Masa jabatan berakhir.


TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 16

(1)      Pengurus bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
(2)      Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan untuk disahkan Pembina.
(3)      Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Pengawas.
(4)      Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5)      Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut :
a.    Meminjam atau meminjamkan uang atasnama Yayasan (tidak termasuk mengambil uang Yayasan di Bank);
b.    Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha, baik di dalam maupun di luar negeri;
c.     Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;
d.    Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atasnama Yayasan;
e.    Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta meng agunkan/membebani kekayaan Yayasan;
f.     Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
(6)      Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, d, e, dan f harus mendapat persetujuan dari Pembina.

Pasal 17

Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal :
(1)      Mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;
(2)      Membebani kekayaan Yayasan,  untuk kepentingan pihak lain;
(3)      Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang berada pada Yayasan, yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.

Pasal 18

(1)      Ketua Umum bersama-sama salah seorang anggota Pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.
(2)      Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan Sekretaris Umum atau apabila Sekretaris Umum tidak hadir atau karena berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang Ketua lainnya bersama-sama Sekretaris lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
(3)      Dalam hal hanya seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya.
(4)      Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, dalam hal hanya ada seorang Sekretaris, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Sekretaris Umum berlaku juga baginya.
(5)      Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam hal hanya ada seorang  Bedahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Bendahara Umum berlaku juga baginya.
(6)      Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina melalui Rapat Pembina.
(7)      Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan surat kuasa.
PELAKSANA KEGIATAN
Pasal 19

(1)      Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus.
(2)      Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat, atau negara berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(3)      Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rapat Pengurus untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dengan tidak mengurangi keputusan Rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu.
(4)      Pelaksana Kegiatan Yayasan bertanggungjawab kepada Pengurus.
(5)      Pelaksana Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau honorarium yang jumlahnya ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.

Pasal 20

(1)      Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus atau apabila kepentingan pribadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan Yayasan, maka anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
(2)      Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.

RAPAT PENGURUS
Pasal 21

(1)      Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih Pengurus, Pengawas atau Pembina.
(2)      Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
(3)      Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada  setiap anggota pengurus secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(4)      Panggilan Rapat Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu,  tempat, dan acara rapat.
(5)      Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
(6)      Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain di wilayah Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.



Pasal 22

(1)      Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum.
(2)      Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus yang hadir.
(3)      Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus berdasarkan surat kuasa.
(4)      Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.    Dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga) jumlah Pengurus.
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua.
c.     Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.    Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama.
e.    Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½  (satu per dua) jumlah Pengurus.

Pasal 23

(1)      Keputusan Rapat Pengurus harus  diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasakan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah.
(3)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
(4)      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5)      Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
(6)      Setiap Rapat Pengurus dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
(7)      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
(8)      Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul  yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
(9)      Keputusan yang diambil sebagaimana ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.



PENGAWAS
Pasal 24

(1)      Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
(2)      Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pengawas.
(3)      Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, maka 1 (satu) orang diantaranya dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.

Pasal 25

(1)      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan  yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi  Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(2)      Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
(3)      Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
(4)      Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengawas baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengurus.
(5)      Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri nya.
(6)      Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, maka dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan, Pembina  wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
(7)      Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana kegiatan.

Pasal 26

Jabatan Pengawas berakhir apabila :
(1)      Meninggal dunia;
(2)      Mengundurkan diri;
(3)      Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
(4)      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
(5)      Masa jabatan berakhir.


TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
Pasal 27

(1)      Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan Yayasan.
(2)      Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengawas.
(3)      Pengawas berwenang :
a.    memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Yayasan;
b.    memeriksa dokumen;
c.     memeriksa pembukuan dan mencocokannya dengan uang kas; atau
d.    mengetahui segala tindakan yang telah dijalankanoleh Pengurus;
e.    memberi peringatan kepada Pengurus.
(4)      Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih Pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5)      Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasannya.
(6)      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu, Pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada Pembina.
(7)      Dalam jangka waktu 7(tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib memanggil anggota Pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.
(8)      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan Rapat Pembina wajib :
a.    mencabut keputusan pemberhentian sementara; atau
b.    memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.
(9)      Dalam hal Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dan ayat (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula.
(10)   Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pengawas diwajibkan mengurus Yayasan.

RAPAT PENGAWAS
Pasal 28

(1)      Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih Pengawas atau Pembina.
(2)      Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili Pengawas.
(3)      Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada  setiap pengawas secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(4)      Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu,  tempat, dan acara rapat.
(5)      Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
(6)      Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain di wilayah hukum Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.

Pasal 29

(1)      Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum.
(2)      Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas akan dipimpin oleh satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
(3)      Satu orang anggota Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
(4)      Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.    Dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga) dari jumlah Pengawas.
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.
c.     Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.    Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari dari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama.
e.    Rapat Pengawas kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½  (satu per dua) jumlah Pengawas.

Pasal 30

(1)      Keputusan Rapat Pengawas harus  diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasakan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah.
(3)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
(4)      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5)      Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
(6)      Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
(7)      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
(8)      Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul  yang diajukan secara tertulis dengan menandatangani usul tersebut.
(9)      Keputusan yang diambil sebagaimana ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengawas.

RAPAT GABUNGAN
Pasal 31

(1)      Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus dan Pengawas untuk mengangkat Pembina, apabila Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
(2)      Rapat Gabungan diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
(3)      Panggilan Rapat Gabungan dilakukan oleh Pengurus.
(4)      Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap Pengurus dan Pengawas secara langsung atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(5)      Panggilan Rapat Gabungan harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
(6)      Rapat Gabungan diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
(7)      Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengurus.
(8)      Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungnan dipimpin oleh Ketua Pengawas.
(9)      Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas tidak ada atau berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan dipimpin oleh Pengurus atau Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengurus dan Pengawas yang hadir.

Pasal 32

(1)      Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
(2)      Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.
(3)      Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap Pengurus atau Pengawas lain yang diwakilinya.
(4)      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5)      Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan, dan dianggap tidak ada.

KORUM DAN PUTUSAN RAPAT GABUNGAN
Pasal 33

(1)      a.   Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila
      dihadiri paling sedikit ⅔  (dua per tiga) dari jumlah anggota Pengurus dan ⅔ (dua per tiga)
      dari jumlah anggota Pengawas.
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Gabungan kedua.
c.     Pemanggila sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d.     Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari  dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Gabungan Pertama.
e.    Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikatapabila dihadiri paling sedikit ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus dan ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengawas.
(2)      Keputusan Rapat Gabungan sebagaimana tersebut diatas ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(3)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit ⅔ (dua per tiga) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat.
(4)      Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengurus atau anggota Pengawas yang ditunjuk oleh rapat.
(5)      Berita Acara Rapat yang dimaksud sebagaimana ayat (4) menjadi bukti yang sah terhadap Yayasan dan pihak ketiga tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi dalam rapat.
(6)      Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
(7)      Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan ketentuan semua Pengurus dan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengurus dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis, dengan menandatangani usul tersebut.
(8)      Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat  (7) mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Gabungan.

TAHUN BUKU
Pasal 34

(1)      Tahun buku Yayasan dimulai dari tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember.
(2)      Pada akhir Desember tiap tahun, buku Yayasan ditutup.
(3)      Untuk pertama kalinya tahun buku Yayasan dimulai pada tanggal dari Akta Pendirian Yayasan dan ditutup  tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember 2018 (dua ribu delapan belas).

LAPORAN TAHUNAN
Pasal 35

(1)       Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku Yayasan.
(2)      Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya :
a.    laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai;
b.    laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
(3)      Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas.
(4)      Dalam hal terdapat anggota Pengurus atau Pengawas yang tidak menandatangani laporan tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis.
(5)      Laporan tahunan disahkan oleh Pembina dalam rapat tahunan
(6)      Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor Yayasan.

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 36

(1)      Perubahan Anggaran Dasar hanya bisa dilaksanakan berdasarkan keputusan Rapat Pembina, yang dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga) dari jumlah Pembina.
(2)      Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(3)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit ⅔ (dua per tiga) dari seluruh jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.
(4)      Dlam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka diadakan pemanggilan Rapat Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat Pembina yang pertama.
(5)      Rapat Pembina kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) dari seluruh Pembina.
(6)      Keputusan Rapat pembina kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara terbanyak dari jumlah Pembina yang hadir atau diwakili.

Pasal 37

(1)      Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2)      Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan Yayasan.
(3)      Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan Yayasan, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
(4)      Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
(5)      Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Yayasan dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.



PENGGABUNGAN
Pasal 38

(1)      Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1 (satu) atau lebih Yayasan dengan Yayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
(2)      Penggabungan Yayasan seperti yang dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan memperhatikan :
a.    ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha tanpa dukungan yayasan lain;
b.    Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya sejenis; atau
c.     Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar nya, ketertiban umum dan kesusilaan.
(3)      Usul Penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus kepada Pembina.

Pasal 39

(1)      Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari seluruh jumlah anggota Pembina yang hadir.
(2)      Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan menyusun usul rencana penggabungan.
(3)      Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari Yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan.
(4)      Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Pembina masing-masing Yayasan.
(5)      Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dituangkan dalam akta penggabungan yang dibuat dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
(6)      Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.
(7)      Dalam hal penggabunga Yayasan diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka akta perubahan Anggaran Dasar Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan.

PEMBUBARAN
Pasal 40

(1)       Yayasan bubar karena :
a.    Alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;
b.    tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai;
c.     putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan :
1)    Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
2)    tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau
3)    harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
(2)      Keputusan untuk membubarkan Yayasan adalah sah jika dalam Rapat Pembina hadir atau diwakili paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina. Semua keputusan rapat hars diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju paling sedikit ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina yang hadir atau diwakili dalam rapat.
(3)      Dalam hal Yayasan bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, Pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan.
(4)      Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus bertindak sebagai likuidator.

Pasal 41

(1)      Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk membereskan kekayaanya dalam proses likuidasi.
(2)      Dalam hal Yayasan sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi” di belakang nama Yayasan.
(3)      Dalam hal Yayasan bubar karena putusan pengadilan, maka pengadilan juga menunjuk likuidator.
(4)      Dalam hal pembubaran Yayasan karena pilit, berlaku peraturan perundang-undangan dibidang kepailitan.
(5)      Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian wewenang, kewajiban, tugas dan tanggungjawab, serta pengawasan terhadap pengurus, berlaku juga bagi likuidator.
(6)      Likuidtor atau Kurator yang ditunjuk unuk melakukan pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
(7)      Likuidator atau Kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.
(8)      Likuidator atau Kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir wajib melaporkan Pembubara Yayasan kepada Pembina.
(9)      Dalam hal laporan mengenai pembubaran Yayasan sebagaimana dimaksud ayat (8) dan pengumuman hasil likuidasi sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dilakukan, maka bubarnya Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.


CARA PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI
Pasal 42

(1)       Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang bubar.
(2)      Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan kegiatan yang sama dengan Yayasan yang bubar, apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang yang berlaku bagi badan hukum tersebut.
(3)      Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada yayasan lain atau kepada badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan penggunaanya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang bubar.

PERATURAN PENUTUP
Pasal 43

(1)      Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diputuskan oleh Rapat Pembina.
(2)      Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 7 ayat (4), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 25 ayat (2) Anggaran Dasar ini mengenai tata cara pengangkatan Pembina, Pengurus, dan Pengawas untuk pertama kalinya diangkat susunan Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dengan susunan sebagai berikut :
a.    PEMBINA:
1)    Ketua :
·      Dr. H. Asep Effendi R., S.E., M.Si., P.I.A.
2)    Anggota :
·      Ir. Irianto Edi Pramono
·      Ajat Sudrajat, S.Pd.
·      Aam Rahmasetia Wiradiredja
·      Trisna Sendjaja
b.    PENGURUS :
1)    Ketua Umum :
·      Drs. H. Entang Saefullah, Msi, Ak
2)    Ketua I :
·      R. Lisye Herlina, ST
3)    Sekretaris :
·      Iman Sarif
4)    Bendahara :
·      Lilis E. Roslina
c.     PENGAWAS :
1)    Ketua :
·      Mumuh Muhsin Wiramihardja, SH
2)    Anggota :
·      Zaki Nasir
·      Rd. Dewi Irnawiyati, S.Pd
(3)      Pengangkatan anggota Pembina Yayasan, anggota Pengurus Yayasan dan anggota Pengawas Yayasan tersebut telah diterima oleh masing-masing yang bersangkutan dan harus di sahkan dalam Rapat Pembina pertama kali diadakan, setelah akta ini mendapat pengesahan atau didaftarkan pada instansi yang berwenang. Pengurus Yayasan baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri dengan hak untuk memindahkan kekuasaan ini kepada orang lain dikuasakan untuk memohon pengesahan dan atau pendaftaran atas Anggaran Dasar ini kepada instansi yang berwenang dan untuk membuat pengubahan dan atau tambahan dalam bentuk yang bagaimanapun juga yang diperlukan untuk memperoleh pengesahan tersebut dan untuk mengajukan serta menandatangani semua permohonan dan dokumen lainnya, untuk memilih tempat kedudukan dan untuk melaksanakan tindakan lain yang mungkin diperlukan.


DEMIKIAN AKTA INI



ANGGARAN RUMAH TANGGA
YAYASAN ALUMNI SMPN 14 KOTA BANDUNG


BAB I
NAMA DAN LAMBANG

Pasal 1
Nama dan Kedudukan

Yayasan ini bernama
Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung, selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga ini disingkat “Yayasan ”, berkedudukan dan berkantor pusat di Jalan Permata Bumi Raya Nomor 101, RT. 006 RW. 003 Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik Bandung 40293

Pasal 2
Lambang dan Simbol





(1)      Lambang/Logo Yayasan  berbentuk bintang lebih lebar pada sisi bagian bawah serta yang lebih kecil mengarah keatas dengan latar belakang sinar cahaya. Dengan menggunakan 3 warna, orange dan hitam serta latar belakang sinar cahaya abu;
(2)      Bintang dan Segitiga dengan warna orange dan hitam menunjukkan lambang keagungan, komitmen yang tinggi, tegas, pikiran yang logis, serta mempunyai kemampuan yang tinggi dalam membuat perencanaan dan tujuan.
(3)      Segitiga kecil dalam bintang dengan warna orange dan hitam melambangkan pengertian kesatuan
(4)      Sinar cahaya dengan warna abu-abu menunjukan perasaan penuh harapan melindungi, optimisme, ambisi dan kesejahteraan
(5)      Penggunaan lambang/logo dalam berbagai atribut, harus berdasarkan atas kesepakatan antara dewan pengurus dan dewan pembina selama tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI DASAR

Pasal 3
Visi dan Misi

(1)      Menjadikan Yayasan sebagai badan hukum yang mampu mengayomi dan menghimpun para lulusan (alumni) SMPN 14 Kota Bandung untuk turut berperan serta dalam memajukan almamater dan membantu sesama alumni yang bersifat nirlaba/kekeluargaan.
Dengan harapa sebagai berikut :
a.    Terlaksananya peranan alumni dalam upaya turut membantu memajukan almamater tercinta  SMPN 14 Kota Bandung, sehingga menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas dan memiliki reputasi baik;
b.    Terselenggaranya peranan Yayasan  dalam bidang keagamaan, sosial, dan kemanusiaan;
c.     Terselenggaranya peranan Yayasan 14 dalam menghimpun potensi para alumni dalam bidang tersebut di bawah ini :
1)         Keagamaan :
·      Umroh masal;
·      Pengajian;
·      Bazis; serta
·      Kegiatan keagamaan lainnya/non muslim.
2)         Sosial :
·      Bakti sosial;
·      Pendidikan.
3)         Kemanusiaan :
·      Takziah;
·      Donor darah;
·      Bencana alam;
·      Bantuan kemanusiaan lainnya.

Pasal 4
Nilai dan Prinsip Dasar

(1)      Meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang keagamaan
(2)      Meningkatkan kepekaan sosial  baik intern maupun ekstern Alumni SMPN 14 Kota Bandung
(3)      Berperan serta dalam kegiatan kemanusiaan




Pasal 5
Posisi dan Peran

(1)      IKA SMPN 14 Bandung adalah Perkumpulan Alumni yang anggotanya sudah menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
(2)      Pengurus IKA SMPN 14 adalah , alumni yang ditunjuk oleh IKA SMPN 14 Kota Bandung untuk mewakili kegiatan-kegiatan di bidang Keagamaan, Sosial dan Kemanusiaan.
(3)      Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung adalah organisasi nirlaba yang bertujuan ubtuk menggalang/mewadahi alumnus SMPN 14 Kota Bandung untuk membangun kebersamaan dalam bidang Keagamaan, Sosial dan Kemanusiaan.
(4)      Keterlibatan diantara ketiga lembaga tersebut diatas adalah hubungan kekeluargaan, ikatan history dan hubungan koordinatif antar lembaga yang sesuai dengan visi dan misi IKA SMPN 14 Kota Bandung, maupun Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung yakni :
a.    Pengurus IKA bertanggung jawab kepada IKA SMPN 14 Bandung
b.    Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung bertanggung jawab kepada Alumni SMPN 14 Kota Bandung
c.     Kegiatan/ Program Yayasan  terkordinasi dan terintegrasi dengan kegiatan/program IKA.

Pasal 6
Bentuk Kelembagaan

Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung  adalah sebuah lembaga sosial yang bergerak di bidang Keagamaan, Sosial dan Kemanusiaan.

Pasal 7
Fokus Area/Fokus Penerima Manfaat

(1)      Wilayah kerja Yayasan  mencakup seluruh wilayah Indonesia maupu luar wilayah Indonesia
(2)      Skala Prioritas untuk penerima manfaat diutamakan adalah :
a.    Alumni SMPN 14 Kota Bandung
b.    Keluarga dari Alumni SMPN 14 Kota Bandung
c.     Almamater SMPN 14 Kota Bandung.
d.    Masyarakat umum.

Pasal 8
Pilihan Pola Pendekatan

Dalam mewujudkan tujuannya Yayasan   menggunakan cara pendekatan silaturahim dan kekeluargaan. Pola pendekatan dilakukan dengan cara menghimpun informasi, pengumpulan data, mengolah data dan mewujudkannya dalam Program Kerja Yayasan.


Pasal 9
Tata Kelola

Yayasan  mengatur kebijakan-kebijakan dasar organisasi dan kebijakana umum sebagai dasar menentukan kebijakan teknis.

BAB III
ORGANISASI PELAKSANA

Pasal 10
Perangkat organisasi

Sesuai dengan Anggaran Dasar, Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari, Pembina, Pengurus, Pelaksana Kegiatan dan Pengawas.

Pasal 11
Pembina

(1)      Pembina adalah organ Yayasan  yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas.
(2)      Pembina Yayasan 14 terdiri dari ;
a.    Seorang  Ketua Pembina
b.    Seorang  Wakil Ketua Pembina
c.     Tiga orang Anggota Pembina.
(3)      Pembina wajib untuk menandatangani Surat  Pernyataan Kesediaan dan Pakta Integritas sebagai bukti kesungguhan dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
(4)      Yang dapat diangkat sebagai anggota pembina  adalah orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan
(5)      Anggota pembina tidak diberi gaji dan atau tunjangan oleh Yayasan
(6)      Dalam hal Yayasan  oleh karena sebab apapun atau tidak mempunyai anggota pembina maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota pengawas dan anggota pengurus
(7)      Seorang anggota pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya denga memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada yayasan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelu tanggal pengunduran dirinya.
Pasal 12
(1)      Masa Jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya.
(2)      Jabatan anggota pembina akan berakhir apabila anggota pembina tersebut
a.    Meninggal dunia;
b.    Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (7);
c.     Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d.    Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat pembina;
e.    Dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampunan berdasarkan suatu penetapan pengadilan;
f.     Dilarang untuk menjadi anggota pembina karena peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3)      Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan atau anggota Pengawas.

Pasal 13
Tugas dan Wewenang Pembina

(1)      Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina
(2)      Kewenangan pembina meliputi:
a.    Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar;
b.    Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas;
c.     Penetapan kebijakan umum Yayasan  berdasarkan Anggaran Dasar;
d.    Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan
e.    Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan;
f.     Pengesahan laporan tahunan;
g.    Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan  dibubarkan.

Pasal 14
Rapat pembina

(1)      Rapat Pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam 5 (lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan, pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota pembina, anggota pengurus atau anggota pengawas.
(2)      Panggilan rapat pembina dilakukan oleh pembina secara langsung atau melalui surat dengan mendapat tanda  terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(3)      Panggilan rapat itu harus mencantumlan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
(4)      Rapat pembina diadakan ditempat kedudukan  Yayasan atau ditempat kegiatan Yayasan, atau ditempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia
(5)      Dalam hal semua anggota pembina hadir , atau diwakili, panggilan tersebut tidak disyaratkan dan rapat pembina dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat
(6)      Rapat pembina dipimpin oleh ketua pembina, dan jika ketua pembina tidak hadir atau berhalangan, maka rapat pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota pembina yang hadir
(7)      Seorang anggota pembina hanya dapat diwakili oleh anggota pembina lainnya dalam rapat pembina berdasarkan surat kuasa.

Pasal 15
(1)      Rapat pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila
a.    Dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah anggota pembina
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka diadakan pemanggilan rapat pembina kedua;
c.     Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitugkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.    Rapat pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (duapuluh satu) hari terhitung sejak rapat pembina pertama;
e.    Rapat pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota pembina.
(2)      Keputusan rapat pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
(3)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah
(4)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
(5)      Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut ;
a.    Setiap anggota pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota pembina lain yang diwakilinya
b.    Pemungutan suara mengenai diri orang, dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai  hal-hal lain dilakukan secara terbuka dan ditandatangani, kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir;
c.     Suara yang abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
(6)      Setiap rapat pembina dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat dan sekretaris rapat.
(7)      Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila berita acara dibuat dengan akta notaris;
(8)      Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pembina, dengan ketentuan semua anggota pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota pembina memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
(9)      Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pembina.

Pasal 16
Rapat tahunan

(1)      Pembina wajib mengadakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku Yayasan ditutup.
(2)      Dalam rapat tahunan, pembina melakukan :
a.    Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Yayasan  untuk tahun yang akan datang;
b.    Pengesahan Laporan Tahunan yang diajukan pengurus;
c.     Penetapan kebijakan umum Yayasan;
d.    Pengesahan program kerja dan rancangan Anggaran Tahunan Yayasan.
(3)      Pengesahan laporan tahunan oleh pembina dalam Rapat tahunan, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggungjawab sepenuhnya kepada anggota pengurus dan pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam Laporan Tahunan.

Pasal 17
Pengurus

(1)      Pengurus  adalah organ yayasan  yang melaksanakan kepengurusan yayasan  yang terdiri dari :
a.    Seorang Ketua Umum
b.    Seorang Ketua I
c.     Seorang Sekretaris; dan
d.    Seorang Bendahara
(2)      Pengurus wajib untuk menandatangani Surat Pernyataan Kesediaan dan Pakta Integritas sebagai bukti kesungguhan dalam melaksanakan tanggungjawabnya.


Pasal 18

(1)      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah orang perseorangan  yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi  Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(2)      Pengurus diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
(3)      Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila Pengurus Yayasan :
a.    Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri , Pembina, dan Pengawas; dan
b.    Melaksanakan kepengurusan Yayasan  secara langsung dan penuh.
(4)      Gaji, upah atau honorarium seperti tercantum dalam ayat (3) tidak berlaku apabila pengurus tidak melaksanakan tugas kepengurusan yang menjadi tanggungjawab nya
(5)      Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
(6)      Dalam hal jabatan semua Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengurus baru, dan untuk sementara Yayasan  diurus oleh Pengawas.
(7)      Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri nya.
(8)      Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, maka dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus Yayasan, Pengurus yang menggantikan wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
(9)      Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas atau Pelaksana kegiatan.





Pasal 19

Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila :
(1)      Meninggal dunia;
(2)      Mengundurkan diri;
(3)      Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
(4)      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
(5)      Masa jabatan berakhir

Pasal 20

(1)      Pengurus bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
(2)      Pengurus wajib menyusun Program Kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan untuk disahkan Pembina.
(3)      Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Pengawas.
(4)      Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5)      Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut :
a.    Meminjam atau meminjamkan uang atasnama Yayasa  (tidak termasuk mengambil uang Yayasan di Bank);
b.    Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha, baik di dalam maupun di luar negeri;
c.     Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;
d.    Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atasnama Yayasan;
e.    Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan 14 serta meng agunkan/membebani kekayaan Yayasan;
f.     Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
(6)      Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, d, e, dan f harus mendapat persetujuan dari Pembina.

Pasal 21

Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal :
(1)      Mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;
(2)      Membebani kekayaan Yayasan,  untuk kepentingan pihak lain;
(3)      Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang berada pada Yayasan, yang perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.




Pasal 22

(1)      Ketua Umum bersama-sama salah seorang anggota Pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta mewakili Yayasan.
(2)      Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka seorang Ketua lainnya bersama-sama dengan Sekretaris  atau apabila Sekretaris tidak hadir atau karena berhalangan karena sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, seorang Ketua lainnya bersama-sama Bendahara berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
(3)      Sekretaris  bertugas mengelola administrasi Yayasan
(4)      Bendahara bertugas mengelola keuangan Yayasan
(5)      Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus ditetapkan oleh Pembina melalui Rapat Pembina.
(6)      Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan surat kuasa.

Pasal 23
Pelaksana Kegiatan

(1)      Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan berdasarkan Keputusan Rapat Pengurus.
(2)      Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dipidana karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, masyarakat, atau negara berdasarkan keputusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(3)      Pelaksana Kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus berdasarkan keputusan Rapat Pengurus untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali dengan tidak mengurangi keputusan Rapat Pengurus untuk memberhentikan sewaktu-waktu.
(4)      Pelaksana Kegiatan Yayasan wajib untuk menandatangani Surat Pernyataan Kesediaan dan Pakta Integritas sebagai bukti kesungguhan dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
(5)      Pelaksana Kegiatan Yayasan bertanggungjawab kepada Pengurus.
(6)      Pelaksana Kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau honorarium yang jumlahnya ditentukan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.
(7)      Gaji, upah atau honorarium seperti tercantum dalam ayat (5) tidak berlaku apabila pelaksana kegiatan tidak melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawab nya


Pasal 24

(1)      Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus atau apabila kepentingan pribadi seorang anggota Pengurus bertentangan dengan Yayasan, maka anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan, maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan.
(2)      Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili oleh Pengawas.

Pasal 25
Rapat Pengurus

(1)      Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih Pengurus, Pengawas atau Pembina.
(2)      Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
(3)      Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada  setiap anggota pengurus secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(4)      Panggilan Rapat Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, waktu,  tempat, dan acara rapat.
(5)      Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
(6)      Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain di wilayah Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.

Pasal 26

(1)      Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum.
(2)      Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus yang hadir.
(3)      Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus berdasarkan surat kuasa.
(4)      Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.    Dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga) jumlah Pengurus.
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua.
c.     Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.    Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama.
e.    Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½  (satu per dua) jumlah Pengurus.

Pasal 27

(1)      Keputusan Rapat Pengurus harus  diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasakan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah.
(3)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
(4)      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5)      Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
(6)      Setiap Rapat Pengurus dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
(7)      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
(8)      Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul  yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
(9)      Keputusan yang diambil sebagaimana ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.

Pasal 28
Pengawas

(1)      Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan, terdiri dari ;
a.       Seorang Ketua Pengawas
b.      Dua orang Anggota Pengawas
(2)      Pengawas Yayasan wajib untuk menandatangani Surat Pernyataan Kesediaan dan Pakta Integritas sebagai bukti kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Pasal 29

(1)      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan  yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi  Yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(2)      Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
(3)      Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
(4)      Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengangkat Pengawas baru, dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengurus.
(5)      Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri nya.
(6)      Dalam hal terdapat penggantian Pengawas Yayasan, maka dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan, Pembina  wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
(7)      Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana kegiatan.

Pasal 30

Jabatan Pengawas berakhir apabila :
(1)      Meninggal dunia;
(2)      Mengundurkan diri;
(3)      Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
(4)      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina;
(5)      Masa jabatan berakhir.

Pasal 31

Tugas dan Wewenang Pengawas
(1)      Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan Yayasan.
(2)      Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengawas.
(3)      Pengawas berwenang :
a.    memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Yayasan;
b.    memeriksa dokumen;
c.     memeriksa pembukuan dan mencocokannya dengan uang kas; atau
d.    mengetahui segala tindakan yang telah dijalankanoleh Pengurus;
e.    memberi peringatan kepada Pengurus.
(4)      Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih Pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5)      Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasannya.
(6)      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu, Pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada Pembina.
(7)      Dalam jangka waktu 7(tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh Pembina sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka Pembina wajib memanggil anggota Pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri.
(8)      Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), Pembina dengan keputusan Rapat Pembina wajib :
a.    mencabut keputusan pemberhentian sementara; atau
b.    memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan.
(9)      Dalam hal Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dan ayat (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula.
(10)  Dalam hal seluruh Pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara Pengawas diwajibkan mengurus Yayasan.



Pasal 32
Rapat Pengawas

(1)      Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih Pengawas atau Pembina.
(2)      Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili Pengawas.
(3)      Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada  setiap pengawas secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(4)      Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu,  tempat, dan acara rapat.
(5)      Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau di tempat kegiatan Yayasan.
(6)      Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain di wilayah hukum Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.

Pasal 33

(1)      Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum.
(2)      Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengawas akan dipimpin oleh satu orang Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengawas yang hadir.
(3)      Satu orang anggota Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas lainnya dalam Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
(4)      Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.    Dihadiri paling sedikit ⅔ (dua per tiga) dari jumlah Pengawas.
b.    Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua.
c.     Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat;
d.    Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari dari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama.
e.    Rapat Pengawas kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½  (satu per dua) jumlah Pengawas.

Pasal 34

(1)      Keputusan Rapat Pengawas harus  diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2)      Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasakan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah.
(3)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
(4)      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5)      Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
(6)      Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang anggota Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
(7)      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
(8)      Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul  yang diajukan secara tertulis dengan menandatangani usul tersebut.
(9)      Keputusan yang diambil sebagaimana ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengawas.

Pasal 35
Struktur Pengelolaan Kantor Cabang

Pembukaan Kantor cabang disesuaikan dengan kebutuhan dan diputuskan melalui rapat tahunan Yayasan Alumni SMPN 14 Kota Bandung

BAB IV
KEBIJAKAN UMUM

Pasal 36
Kebijakan Penggalangan Sumber Daya

Yayasan dapat menerima dan mengelola sumber daya yang berasal dan atau dalam bentuk ;
(1)      Alumi SMPN 14 Kota Bandung
(2)      Kerjasama kemitraan
(3)      Bantuan atau hibah
(4)      Atau sumber dana lain yang tidak mengikat

Pasal 37
Kebijakan Pengelolaan Keuangan

(1)      Yayasan melakukan pencatatan dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan dalam jangka waktu setahun sekali
(2)      Penggunaan dana Yayasan berdasarkan anggaran yang di sahkan oleh rapat Pembina.

Pasal 38
Kebijakan Pengelolaan Program

Program Kerja Yayasan terdiri dari ;
(1)      Program Jangka Pendek;
(2)      Program Jangka Menengah, dan
(3)      Program Jangka Panjang.






BAB V
PROGRAM KEGIATAN

Pasal 39
Isu Strategis dan Tantangan

Program kegiatan Yayasan berorientasi pada kegiatan Keagamaan, sosial dan kemanusiaan.

Pasal 40
Tujuan Pembaharuan (Development Objectives)

Tujuan pembaharuan dilakukan dengan menyesuaikan perkembangan jaman yang sedang terjadi di wilayah Indonesia menyangkut bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan.

Pasal 41
Tujuan Pemungkin (enabling objectives)

Sasaran penerima manfaat dapat diperbarui menyesuaikan perkembangan jaman yang sedang terjadi di wilayah indonesia menyangkut bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan sesuai denga sklal prioritas

Pasal 42
Tujuan pengelolaan (Management Objectives)

Yayasan secara berkelanjutan melakukan efektivitas melalui perencanaan, pengorganisasian, Aktualisas dan Pengendalian Kegiatan.

BAB VI
LAPORAN

PASAL 43
Monitoring dan evaluasi

(1)      Monitoring dan Evaluasi Program Yayasan dilakukan secara berkala oleh Pengurus Yayasan
(2)      Hasil monitoring dilaporkan kepada Pengawas Yayasan sekurang kurangnya 3 bulan sekali
(3)      Hasil Monitoring dan Evaluasi Pengurus dan Pengawas Yayasan disampaikan sekurang-kurangnya enam bulan sekali kepada Pembina.

Pasal 44
Pelaporan

(1)      Laporan kegiatan Yayasan dilakukan secara berkala setiap akhir tahun anggaran kepada Dewan Pembina Yayasan
(2)      Laporan tertulis pada point 1 (satu) disampaikan selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun anggaran;
(3)      Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya
a.    Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai
b.    Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
(4)      Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan Pengawas
(5)      Dalam hal terdapat anggota pengurus atau pengawas yang tidak menandatangani laporan tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis.
(6)      Laporan tahunan disahkan oleh pembina dalam rapat tahunan
(7)      Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai denga standar akuntansi keuangan yang berlaku dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor Yayasan.


BAB VII
PENUTUP
Pasal 45

(1)      Segala seuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur lebih lanjut oleh Pembina dan/atau Pengurus sesuai kewenangannya.
(2)      Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh Rapat Gabungan Pembina dan Pengurus.

Komentar

Sering Dikunjungi

Perpajakan dalam Laporan Keuangan Yayasan

Perbedaan Yayasan dengan Perkumpulan

Dapatkah Yayasan Melakukan Kegiatan Usaha?

Pengertian tentang Badan Hukum Yayasan